Sabtu, 09 Maret 2019

POPULARITAS MENJADI FAKTOR UTAMA



Popularitas Menentukan
(Menjadi Caleg Bagian 2)

Anggota Komisi XI DPR yang juga politisi PDI-P Indah Kurnia menceritakan faktor popularitas menjadi sesuatu yang sangat menentukan. Semakin populer seorang caleg, biaya kampanye akan semakin bisa ditekan.

Dia mengaku bersyukur, profesi yang pernah dilakoni sebelum menjadi anggota DPR bisa membantunya membangun popularitas. Indah Kurnia merupakan mantan karyawan PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Posisi terakhir yang dia pegang adalah Kepala Cabang BCA Tunjungan.

Posisi tersebut sangat membantu dia mengenal banyak orang. “Bahkan, saya hafal nomor rekening sejumlah nasabah BCA. Saya bertemu mereka, yang saya sebut nomor rekeningnya, hahaha...,” kata Indah saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (28/7/2018).

Selain menjadi bankir, Indah juga menjadi penyanyi panggung dan manajer klub sepakbola Persebaya. Dari situlah, popularitas dan dukungan tak sulit untuk diperoleh.

“Pas saya maju jadi caleg tahun 2009, saya hanya mengeluarkan uang Rp 90 juta. Ya itu tadi, karena saya tidak perlu lagi kampanye untuk memperkenalkan diri,” akunya.

Indah mengaku, dana tersebut tidak besar jika dibandingkan dengan caleg lain yang maju dalam kontestasi pemilihan legislatif.

Kisah berbeda diungkapkan oleh seorang mantan caleg yang gagal maju ke Senayan. Sebut saja namanya Wawan. Seorang mantan komisaris salah satu BUMN. Tahun 2014 dia mencoba peruntungan di dunia politik dengan maju sebagai caleg Partai Demokrat.

Sehari-harinya lebih banyak dihabiskan di Jakarta dan Jawa Timur. Akan tetapi, pada 2014 dia mendapat tawaran untuk maju di salah satu daerah pemilihan (Dapil) di Jawa Tengah.

Dia tak menyia-nyiakan tawaran tersebut. Berbekal keyakinan dan tabungan, Wawan berkompetisi di wilayah yang sama sekali tidak dia kenal. Untuk memuluskan keinginannya itu, dia merekrut tim pemenangan. Saksi-saksi juga untuk megawal proses pemungutan suara.

Untuk sosialisasi dan personal branding, Wawan sering menginap di rumah-rumah penduduk di Dapil yang akan dia wakili. Komunikasi dia lakukan secara intensif. Caranya, dengan menggelar berbagai pertemuan.

Namun di akhir pemilihan, dia harus tersingkir. “Saya habis Rp 2 miliar untuk kampanye kemarin,” ungkap dia.

Merasakan pahitnya kekalahan dalam kompetisi Pileg, Wawan memutuskan tidak lagi maju dalam kancah tersebut tahun depan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar